Pelaksanaan Pemilihan Presiden di Hongkong ricuh, setelah ratusan warga Negara Indonesia (WNI) yang berada di Hongkokng melakukan demonstrasi. Demonstrasi tersebut terjadi akibat ratusan pemilih yang kebanyakn adalah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) tidak dapat melakukan pencoblosan akibat pintu menuju TPS di tutup.
Padahal masih banyak WNI yang berlum menyalurkan hak pilihnya di TPS yang terletak di Victoria Park, Causeway Bay, Hongkong.
Berikut ini adalah berita dari Tribunnews yang menyampaikn informasi tersebut.
HONGKONG - Kericuhan terjadi saat penyelenggaraan pemilihan presiden 2014 di Victoria Park, Causeway Bay, Hongkong, Minggu (6/7/2014). Ratusan pemilih membuka paksa pintu pagar TPS karena tidak diizinkan mencoblos.
Salah satunya adalah Fera Nuraini. Dia mengatakan sejak pukul 07.00 waktu setempat, Victoria Park sudah dipenuhi 13 tenda tempat pemungutan suara (TPS). Lalu, ada tenda besar berdiri di tengah lapangan.
Semakin sore antrean kian memanjang. Antrean di depan cukup padat. Hingga belakang pintu masuk pun, warga negara Indonesia masih mengular.
Menurut Fera, sekitar pukul 17.00 waktu setempat, TPS sudah ditutup. "Yang antre di bagian belakang tidak tahu kalau TPS sudah tutup. Akhirnya Jam 17.15, 500 lebih BMI (Buruh Migran Indonesia--red) membuka paksa pagar pintu masuk TPS," ujar Fera.
Dalam postingan yang dikutip Tribunnews.com, Fera mengatakan ratusan BMI itu meminta PPLN membuka TPS karena ingin menggunakan hak suaranya.
"Sayangnya, karena TPS sudah tutup jam 5 sore, mereka tetap tidak diizinkan mencoblos. Mereka kecewa, mereka marah bahkan ada yang menangis," tutur Fera.
"Kenapa gak bisa nyoblos? Buka! kami ingin nyoblos," ujar Fera menirukan teriakan para pekerja Indonesia di Hongkong tersebut.
Suasana lapangan pun berubah ramai. "BMI yang tidak bisa mencoblos terus teriak untuk 'buka, buka, buka' tapi tetap tidak bisa karena TPS sudah tutup," kisah Fera.
Fera mengatakan mereka ini adalah BMI yang tidak terdata dalam daftar pemilih tetap dan datang ke TPS berbekal kartu tanda penduduk Hongkong.
Hingga pukul 17.30 sampai jam berbuka puasa, imbuh Fera, suasana masih panas. "Kecewa? Sangat kecewa pastinya," terang Fera.
Fera mengatakan warga yang tidak bisa mencoblos terus melancarkan aksi protes. Mereka mengikuti panitia yang lalu lalang di lapangan untuk membuka TPS.
Sekadar informasi, DPT di Hongkong untuk Pilpres 2014 tercatat ada 114.626 orang. Sementara ketika Pemilihan Umum Legislatif, ada 102 ribu lebih.
Yang konfirmasi mencoblos via pos sebanyak 18 ribu lebih. Sebanyak 2.000 surat kembali ke KJRI karena alamat kurang jelas atau si penerima sudah pindah. Yang datang langsung ke TPS 32 ribu lebih. Waktu Pileg, yang datang ke TPS 6.000 lebih.
Hingga berita ini disusun, belum diketahui tanggapan dari KPU, Bawaslu, KJRI, maupun PPLN Hongkong.
Dibawah ini adalah informasi terkait Kronologi Kericuhan pelaksanaan Pilpres di Hongkong
Semoga Kericuhan Pelaksanaan Pilpres di Hongkong tersebut dapat segera diselesaikan agar tidak berkelanjutan, Jangan lupa juga bukan Video Kericuhan Pilpres Hongkong.
merdeka.com- Kronologis kericuhan di TPS Victoria Park Hongkong
Kericuhan Pemilu Presiden (Pilpres) yang terjadi di Victoria Park, Hong Kong tidak terlepas dari keterbatasan waktu. Panitia Pilpres tersebut sendiri dituding tidak mampu bernegosiasi dengan baik dengan pengelola lapangan tersebut.
Peristiwa kericuhan tersebut berawal saat ada ribuan Warga Negara Indonesia (WNI) yang berbondong-bondong mengantre di 13 TPS di Victoria Park sejak pukul 07.00 waktu Hong Kong.
Namun, niat mereka untuk menyalurkan aspirasinya tersebut terhalang dengan adanya batasan waktu yang diberikan Pemerintah Hong Kong kepada Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI), PPLN dan Bawaslu sebagai panitia Pilpres. Sehingga, pemungutan suara hanya bisa berlangsung sampai pukul 17.00 waktu setempat.
"Jam 5 sore TPS sudah ditutup dan yang antre di bagian belakang tidak tahu kalau TPS sudah tutup. Akhirnya jam 05.15 sore, 500 lebih WNI membuka paksa pagar pintu masuk TPS," ujar salah seorang WNI, Fera Nuraini kepada merdeka.com, Minggu (6/7).
Lanjut Fera, ratusan WNI tersebut pun sempat meminta kepada panitia untuk membuka TPS kembali. Namun usaha mereka berakhir sia-sia.
"Mereka tetap tidak diijinkan untuk mencoblos. Mereka kecewa, mereka marah bahkan ada yang menangis. 'Kenapa gak bisa nyoblos? Buka! kami ingin nyoblos,' teriak mereka," kata Fera seraya menirukan suara ratusan WNI tersebut.
Semakin sore suasana pun semakin memanas, ratusan WNI tersebut berusaha memasuki pintu TPS yang ditutup oleh panitia.
"WNI yang tidak bisa mencoblos terus teriak untuk buka, buka, buka tapi tetap tidak bisa karena TPS sudah tutup. Mereka yang tidak bisa mencoblos terus melakukan aksi protes dan mengikuti panitia yang lalu lalang di lapangan untuk membuka TPS.
Dari data yang diperoleh di Kemlu, jumlah pemilih pada Pilpres 2014 mencapai 23.569. Jumlah ini meningkat tajam dibandingkan Pileg lalu sebanyak 18.177 orang.
Sebelumnya, Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah menetapkan Pemilu Presiden (Pilpres) di luar negeri berlangsung mulai tanggal 4 Juli dan berakhir 6 Juli. Namun, Pemilihan Presiden yang berlangsung di lapangan Victoria Park, Hong Kong berakhir ricuh.
Hal tersebut tidak terlepas banyakanya Warga Negara Indonesia (WNI) yang tidak bisa menggunakan hak suaranya akibat keterbatasan waktu. Salah seorang WNI, Fera Nuraini mengatakan, ribuan WNI yang berada disana telah mengantre sejak pukul 07.00 waktu Hong Kong.
"Izin lapangan hanya sampai jam 5 sore, Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) sudah meminta perpanjangan waktu tapi tidak diberikan oleh pihak Victoria Park," ujar Fera kepada merdeka.com, Minggu (6/7).
Lanjut Fera, ada sekitar 500 WNI dari 32 ribu Daftar Pemilih Tetap (DPT) yang tidak bisa menyalurkan aspirasinya tersebut. Kemudian mereka meminta keterangan panitia dari KJRI, PPLN dan Bawaslu.
"Mereka menjawab tidak bisa berbuat apa-apa karena keputusan ada di KPU pusat bahwa pencoblosan hanya sampai jam 5 sore waktu Hong Kong.
No comments:
Post a Comment